Kamis, 18 Oktober 2012

Pengertian Tunarungu


1.             PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR TUNA RUNGU

Banyak istilah yang sudah kita kenal untuk anak yang mengalami kelainan pendengaran, misalnya dengan istilah : “Tuli, bisu, tunawicara, cacat dengar, kurang dengar, ataupun tunarungu”. Istilah-istilah dan pandangan tersebut tidak semuanya benar, sebab pengertiannya masih kabur dan tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Istilah lain yang sekarang lazim digunakan dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan luar biasa adalah tunarungu.
Istilah tunarungu diambil dari kata “Tuna” dan “Rungu”. Tuna artinya kurang dan Rungu artinya pendengaran. Orang atau anak dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara.
Orang tuli adalah seseorang yang kehilangan kemampuan mendengar sehingga menghambat proses informasi bahasa melalui pendengaran, baik memakai ataupun tidak memakai alat bantu mendengar. Sedangkan seseorang yang kurang dengar adalah seseorang yang biasanya dengan menggunakan alat bantu mendengar, sisa pendengarannya cukup memungkinkan keberhasilan proses informasi bahasa melalui pendengaran.
Andreas Dwidjosumarto dalam seminar ketunarunguan di Bandung (1988) mengemukakan ”Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai perangsang terutama melalui indera pendengaran”.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut ternyata didasarkan pada beberapa sudut pandang, ada yang melihat dari segi pedagogis dan medis, ada yang berdasarkan pengelompokkan dengan batas yang telah ditentukan secara internasional, ada pula yang mengelompokkan tetapi tidak menentukan batas kehilangan kemampuan mendengarnya namun menjelaskan secara gamblang bahwa seseorang yang dalam kondisi tertentu dikatakan tunarungu.
Dari beberapa batasan yang dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian anak tunarungu, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap kehidupannya secara kompleks.
Dampak terhadap kehidupannya secara kompleks mengandung arti bahwa akibat ketunarunguan maka perkembangan anak menjadi terhambat, sehingga menghambat terhadap perkembangan kepribadian secara keseluruhan misalnya perkembangan inteligensi, emosi dan sosial.     
Yang perlu diperhatikan dari ketunarunguan ialah hambatan data berkomunikasi, sedangkan komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataan bahwa anak tunarungu tidak dapat mendengar membuatnya mengalami kesulitan untuk memahami bahasa yang diucapkan oleh orang lain., dan karena mereka tidak dapat mengerti bahasa secara lisan atau oral maka mereka tidak dapat bicara jika mereka tidak dilatih bicara.
Ketidakmampuan bicara pada anak tunarungu merupakan ciri khas yang membuatnya berbeda dengan anak normal. Yang dapat memungkinkan anak tunarungu dapat berbicara dan merupakan faktor mendasar ialah pengenalan terhadap apa yang bisa memungkinkan belajar berbicara dari orang disekelilingnya. Mereka harus mengerti bahasa yang diucapkan oleh orang lain. Mereka juga tahu jika berbicara adalah hal yang sangat berguna dalam kehidupannya walaupun hal tersebut memerlukan latihan dalam waktu yang cukup lama. Untuk itu para pendidik perlu memberikan pengertian kepada orangtua bahwa anak tunarungu perlu mengerti dulu bahasa sebelum mereka belajar berbicara.
Anak yang normal pendengarannya memahami bahasa melalui pendengarannya dalam waktu berbulan-bulan sebelum mereka mulai berbicara. Orang yang mendengar pun memerlukan waktu untuk mengerti bicara orang lain. Apalagi anak tunarungu untuk memahami bahasa tidak selancar anak mendengar, dan untuk memahami bicara harus melalui tahapan-tahapan latihan tertentu.
Akibat kurang berfungsinya pendengaran, anak tunarugu mengalihkan pengamatannya kepada mata, maka anak tunarungu disebut sebagai “Insan Pemata”. Melalui mata anak tunarungu memahami bahasa lisan atau oral, selain melihat gerakan dan ekspresi wajah lawan bicaranya mata anak tunarungu juga digunakan untuk membaca gerak bibir orang yang berbicara. Pada anak mendengar hal tersebut tidak terlalu penting, tetapi pada anak tunarungu untuk dapat memahami bahasa sangatlah penting. Dengan alasan tersebut anak tunarungu lebih banyak membutuhkan waktu. Berapa banyak waktu yang dibutuhkan oleh anak tunarungu untuk belajar memahami bahasa orang lain dan untuk belajar berbicara. Hal ini tergantug kepada kemampuan masing-masing individu serta bantuan dari orang-orang disekelilingnya.
Kelainan pendengaran atau ketunarunguan secara fisik tidak terlihat dengan jelas jika dibandingkan dengan tunanetra dan tunadaksa. Hal ini kadang-kadang menguntungkan tetapi kadang-kadang teka-teki bagi orang yang tidak ada hubungannya dengan anak tunarungu, sehingga sering kali menimbulkan sikap yang merugikan, menyakiti atau bersikap kejam terhadap anak.

2.             FAKTOR PENYEBAB TUNARUNGU

Secara umum penyebab ketunarunguan dapat terjadi sebelum lahir (prenatal) ketika lahir (natal) dan sesudah lahir (post natal). Banyak para ahli mengungkap tentang penyebab ketulian dan ketunarunguan, tentu saja dengan pandang yang berbeda dalam penjabarannya.
Trybus (1985) mengemukakan enam penyebab ketunarunguan pada anak di Amerika Serikat yaitu :
a.              Keturunan
b.             Campak Jerman dari pihak ibu
c.              Komplikasi selama kehamilan dan kelahiran
d.             Radang selaput otak (meningitis)
e.              Otitis media (radang pada bagian telinga tengah)
f.              Penyakit anak-anak, radang dan luka-luka
Dari hasil penelitian, kondisi-kondisi tersebut hanya 60% penyebab dari kasus-kasus ketunarunguan  pada masa anak-anak. Meskipun sudah banyak alat-alat diagnose yang  canggih, namun masih belum dapat menentukan penyebab ketunarunguan yang 40% lagi. Dan ternyata campak Jerman dari pihak ibu, keturunan, komplikasi selama kehamilan dan kelahiran adalah penyebab yang lebih banyak.
Untuk lebih jelasnya factor-faktor penyebab ketunarunguan dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1.        Faktor dalam diri anak
1)   Disebabkan oleh faktor keturunan dari salah satu atau kedua orangtuanya yang mengalami ketunarunguan,
2)   Ibu yang sedang mengandung menderita penyakit Campak Jerman (Rubella),
3)   Ibu yang sedang mengandung menderita keracunan darah atau Toxaminia.
2.        Faktor luar diri anak  
1)   Anak mengalami infeksi pada saat dilahirkan atau kelahiran. Misal, anak terserang Herpes Implex,
2)   Meningitis atau radang selaput otak,
3)   Otitis media (radang telinga bagian tengah),
4)   Penyakit lain atau kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerusakan alat pendengaran bagian tengah dan dalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar